by : MPI Asahan - 9 hours ago in Berita
MPI Asahan, CEPU – Seiring dengan bertambahnya usia sebuah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), harus dibarengi dengan kenaikan tingkat atau level yang tentu harus semakin maju dan unggul.
Harapan tersebut disampaikan oleh Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Marpuji Ali pada Selasa (6/2) di acara Milad ke-38 RS PKU Muhammadiyah Cepu, di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Dalam menaikkan tingkat atau level sebuah AUM di daerah dan dimanapun berada, Marpuji menyebut hal itu bisa dilakukan dengan cara membangun komitmen bersama dan saling berkolaborasi dengan warga Muhammadiyah.
Selain itu, Marpuji juga mengingatkan tentang pesan KH. Ahmad Dahlan dalam mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah yaitu menjaga niat ikhlas yang murni. Berkegiatan di AUM menurutnya harus bertumpu pada harapan untuk mendapat rida Allah SWT.
“Keridaan Allah lah orientasi kita, kalau sudah bisa mendapatkan rida Allah karena keikhlasan kita ini, maka kita akan dipanggil oleh Allah masuk ke dalam jannah,” ungkap Marpuji.
Keikhlasan, katanya, menjadi kunci yang membawa Muhammadiyah bisa tetap bermanfaat dan hadir menjadi solusi umat dari 1912 sampai dengan 2024 ini. Jika keikhlasan sudah terpatri, meskipun dijelek-jelekan tidak akan mengubah arah perjuangannya di Muhammadiyah.
Termasuk jika pandangannya yang dia anggap baik, namun tidak digunakan di Muhammadiyah tidak boleh kemudian menjadikan warga Muhammadiyah itu mutung dan tidak bersemangat lagi dalam menjalankan amanah di Muhammadiyah.
“Kalau kita semuanya mewarisi semangat Kiai Haji Ahmad Dahlan, rumah sakit ini akan maju terus, dan bermanfaat bagi umat di sekitarnya, dan bermanfaat bagi martabat dan nama besar Muhammadiyah,” imbuhnya.
Selain keikhlasan, sifat lain yang harus melekat pada setiap diri warga Muhammadiyah adalah baik sangka, tidak iri, dan dengki, serta menyelesaikan masalah dengan musyawarah dengan baik.
Ketika menjalankan roda organisasi, dan mendapat masalah tidak boleh menerima apa adanya, melainkan harus sabar. Sabar menurut Marpuji Ali bukan suatu sikap penerimaan tanpa ada usaha untuk melakukan perbaikan atau mencari jalan keluar.
“Harus ada ketahanan uji dalam menghadapi masalah yang dihadapinya. Sehingga karena kesabaran ini, dan ketahanan uji itu maka dia memiliki ketangguhan,” katanya.
Kegagalan harus dievaluasi, bukan untuk diratapi. Evaluasi atas kegagalan tersebut menjadi bekal untuk melihat tantangan dan proyeksi masa depan dalam memajukan AUM di manapun berada.
Editor : Annardianto
0 Commentar:
Posting Komentar
Dilarang Komentar berbaur Ponografi